Pengobatan gagal ginjal selain hemodialisa sudah ditemukan. Pengobatan ini lebih praktis dan efisien dibanding hemodialisa yang mengharuskan pasien meluangkan banyak waktu hanya untuk cuci darah. Salah satu bentuk keefektifan dari metode ini adalah tidak perlunya penderita ke rumah sakit karena terapi cuci darah dengan teknik ini dapat dilakukan sendiri oleh penderita dimanapun. Tekik tersebut bernama CAPD.
SEKILAS TENTANG CAPD
CAPD adalah singkatan dari Continous Ambulatory Peritoneal Dialysis, dimana setiap suku katanya berasa dari bahasa Inggris. Continous berarti proses dialysis tersebut berlangsung terus-menerus, sedangkan ambulatory berarti penderita dapat beraktivitas seperti biasa dengan metode ini. Peritoneal berasal dari kata peritoneum, yakni selaput tipis di perut dimana selaput ini yang menjadi tempat berlangsungnya dialysis, sementara dialisis adalah suatu istilah medis untuk pembuangan semua produk tubuh yang tak berguna dari darah.
CAPD merupakan bagian dari dialisis peritoneal, yakni suatu metode yang dikembangkan untuk menghilangkan racun dan kelebihan air dari tubuh manusia. Metode-metode semacam ini timbul karena adanya kerusakan pada ginjal dimana ginjal tidak mampu berfungsi seperti normal; karena itu perlu dicari pengganti ginjal. Dalam metode ini, penggantinya adalah organ tubuh manusia yang disebut. peritoneum (bandingkan dengan hemodialisa yang memakai mesin). Peritoneum itu sendiri merupakan selaput tipis yang terletak pada perut manusia, menyelubungi organ-organ tubuh yang terletak dalam perut.
Selain CAPD, ada beberapa metode dialisis intraperitoneal, di antaranya IPD (intermitten peritoneal dialysis) dan CCPD (continous cyclic peritoneal dialysis). Tetapi yang popular saat ini adalah CAPD.
MEKANISME CAPD
Prinsip kerja CAPD sebenarnya cukup sederhana. Cairan dialisa (dikenal dengan istilah diasilat) dimasukkan melalui sebuah kateter (selang kecil) yang menembus dinding perut sampai ke dalam rongga perut. Cairan harus dibiarkan selama waktu tertentu sehingga limbah metabolik dari aliran darah secara perlahan masuk ke dalam cairan tersebut. Setelah itu, cairan tersebut dikeluarkan, dibuang, dan diganti dengan cairan dialisat yang baru.
Mengapa peritoneum yang dipilih sebagai tempat dialysis? Selain karena tempatnya yang mudah dijangkau dari luar, ternyata peritoneum memiliki area permukaan yang luas dan kaya akan pembuluh darah. Zat-zat dari darah dapat dengan mudah tersaring melalui peritoneum ke dalam rongga perut yang sudah berisi cairan dialisat tersebut.
Dapat dilihat pada gambar di samping, ada 2 kantong yang berperan penting dalam proses CAPD. Kantong pertama (terletak di atas) adalah ‘kantong dialisa’ berisi cairan dialysis, yang lebih dikenal dengan nama dialisate. Kantong kedua (terletak di bawah) adalah kantong kosong untuk menampung produk sampah dari tubuh kita, disebut juga ‘kantong sampah’.
Langkah awal dalam melakukan prosedur CAPD adalah membuang produk sampah tubuh kita ke dalam kantong untuk produk tersebut. Kemudian masukkan cairan dalam kantong dialisis ke dalam tubuh melalui kateter. Ini disebut sebagai pertukaran - ketika cairan baru menggantikan yang lama. Dialisat ditinggalkan dalam tubuh kurang lebih 5-6 jam untuk menggantikan fungsi ginjal. Selama 5-6 jam tersebut, penderita dapat melakukan aktivitas sehari-hari. Setelah itu, proses tersebut diulang kembali. Dan begitu seterusnya ...
LAKUKAN CAPD SECARA MANDIRI!
CAPD dapat dilakukan sendiri di rumah, biasanya 4 kali perhari. Namun untuk masing-masing individu, jumlah prosedur CAPD yang perlu dilakukan dalam sehari bisa bervariasi, sesuai kebutuhan masing-masing individu. Setiap kalinya hanya membutuhkan waktu 30 menit dan prosedurnya sangat sederhana dan tidak menimbulkan rasa sakit.
Yang perlu diketahui, sebagai awal CAPD, perlu dilakukan operasi kecil untuk memasukan sebuah kateter ke dalam abdomen. Kateter ini yang akan berfungsi sebagai saluran yang menghubungkan peritoneum dengan dunia luar.
Berikut ini cara melakukan CAPD secara mandiri :


- Masukkan dialisat (berlangsung selama kurang lebih 10 menit)
- Cairan dibiarkan dalam rongga perut selama periode waktu tertentu (4-6 jam)
- Cairan dialisat dikeluarkan dan diganti dengan yang baru (berlangsung selama kurang lebih 20 menit)
- Wibisono, Kandarini Y, Suharjendro, Duarsa GWK. 2007. “Karakterisitik Pasien yang Mengalami CAPD berdasarkan Identitas, Perubahan Serum Kreatinin dan Kalium, Komplikasi, Etiologi, dan Keadaan Umum Pasca CAPDâ€. JURI vol. 14 no. 2. Juli 2007 :45-49
- Simposium dari Indonesian Peritoneal Dialysis College 2007, Jakarta, 16 - 17 Maret 2007
- http://www.renalpatients.co.uk/capd.htm